Senin, 26 Januari 2015

‪#‎SavePresident‬

Persoalan berbangsa dan bernegara sedang berada pada titik kritis. Semua ingin serba cepat, semua ingin melihat hasil yang jelas, semua berkehendak cepat selesai, semuanya pun meninginkan keadaan membaik dengan cara yang bijaksana,,menyenangkan semua pihak, dan semua menghendaki Jokowi sebagai pelaku tunggalnya. Keberadaan presiden saat ini seolah berdiri di atas lantai berapi, duduk di kursi yang beralas bara, dan dalam kungkungan api yang berkobar-kobar. Salah melangkah atau duduk, api dan panas itu langsung akan membuatnya menjadi bahan bakar yang membuat api dan bara makin membumbung.
Presiden kita tetaplah manusia, manusia yang memiliki kemampuan dan keterbatasan serta keterbatasan yang tidak akan mampu memberikan kesenangan kepada semua pihak.
Para “lawan” politik kali ini kalem-kalem saja, mengapa justru pendukung dan relawan justru mengambil alih dan menekan presiden sedemikian rupa? Jangan biarkan presiden berjalan sendirian.Presiden Indonesia seperti masinis yang membawa begitu banyak dan panjang gerbong keretanya. Setiap gerbong memiliki kondisi dan dinamika yang beranekaragam. Masinis tentu akan berjalan dalam rel yang satu itu dengan konsekuensi tidak akan secepat dan selincah kalau gerbongnya pendek, seragam, tidak banyak masalah. Bayangkan saja kalau lokomotifnya itu super cepat yang biasa berjalan di Beijing di jalankan di rel Jakarta Bekasi dengan gerbong sapu jagat yang sering dipakai untuk mengangkut arus mudik masa yang lalu.
Penuh risiko dan membahayakan gerbong serta penumpang tentunya. Sebelum menjadi masinis, presiden ini telah belajar menjadi sopir bis, dan bisa dikatakan relatif sukses meliuk-liuk dengan membawa sarat penumpang. Kepiawaiannya mengemudikan bis ini telah berhasil membuat banyak pihak suka cita dan berkehendak membawanya untuk mengemudi yang jauh lebih besar. Sopir bis yang oleh banyak pihak dikatakan akan baik membawa gerbong bernama Indonesia itu sangat liaht dan piawai saat mengemudi angkot. Angkot itu kecil, lincah, dan ringan bebannya, berjalan dengan kencang bisa relatif aman terkendali. Penumpang dan beban tidaklah banyak. Kesuksesan ini membuat orang yakin untuk membawa pengaruh di tempat lain, maka diajak untuk naik kelas.Masinis ini baru berjalan belum jauh dari stasiun. Belum saatnya menyatakan ini dan itu. Memang harus mengeluarkan kebijakan yang memberikan ketenteraman dan menjamin keamanan. Namun kalau gerbong itu ada yang bocor, gerbong lain ada yang berkelahi, gerbong lainnya ada copet, kan ada polsuska, ada mekanik, ada pembersih kebersihan dan sebagainya. Biarkan masinis mengontrol jalannya loko dan gerbong pada relnya.Saat “rival” politik yang diam namun mengintai untuk memotong di tikungan, partai pendukung seolah-olah membebani dengan berbagai hal, apa yang bisa dilakukan pendukung ialah jangan biarkan presiden sendirian.
Masinis di tengah hujan badai dan kemungkinan tanah longsor, penumpang malah menyoraki dan mencemooh, mekanik tidur mendengkur, dan keamanan asyik ngopi dan main kartu. Mau menganti masinis tentunya terlalu mahal dan akan menjadi preseden berkepanjangan untuk menjadi perulangan yang berkepanjangan ke depannya. Kalau memang hendak mengganti memang ada yang akan bisa melajukan kereta ini dengan sekejap keluar dari segala persoalan ini? Barang rusak itu diperbaiki dulu bukan harus dibuang dan diganti. Kebiasan lembirukelihatannya juga sudah merasuk ke dalam kehidupan bernegara. Jangan biarkan presiden sendirian, jangan pula intervensi dan tekan presiden berlebihan. Menemani dan mendukung dengan sesuai apa yang kita bisa dan mampu. ‪#‎SalamKeprihatinan‬ ‪#‎Salam2Jari‬

Tidak ada komentar:

Posting Komentar