Senin, 26 Januari 2015

pendapat saya sih kayak gini.

Para pendukung Jokowi yang berpikiran logis pasti terperangah tidak percaya saat Jokowi mengajukan Komjen Budi Gunawan (BG) sebagai calon tunggal Trunojoyo-1.
Di mata ICW dan masyarakat anti korupsi, BG adalah figur monster yang menghantui mimpi buruk. Saat bersamaan, Polri sendiri merupakan institusi yang terkenal korup. Bagaimana mungkin Jokowi akan memberantas korupsi di Indonesia sementara “ujung tombak” penegakan hukumnya adalah institusi Polri yang korup dan dipimpin oleh pemimpin yang disinyalir juga korup?
Pertanyaan ini jelas ada dalam benak semua kita. Apalagi saat mengajukan Kapolri justru Jokowi tidak meminta pertimbangan resmi dari KPK. Ini jelas fatal. Lha wong memilih menteri saja minta pertimbangan KPK, kok ini milih Kapolri yang jelas-jelas institusi “ujung tombak” pemberantasan korupsi malah tidak libatkan KPK? Apakah karena BG itu amat dekat dengan Mega dan Mega inginkan BG jadi Kapolri sehingga Mega TIDAK inginkan Jokowi berkonsultasi dulu dengan KPK untuk ajukan BG? Logis memang Mega tidak ingin melibatkan KPK atau PPATK karena sangat mungkin pasti akan di-“stabilo” merah. Hanya kalau ke DPR itu perintah UU yang harus dilaksanakan. Bagi Mega sendiri, jika saja DPR bisa di-“bypass” tanpa melanggar UU pasti akan minta Jokowi melakukannya.
Menurut saya, BETUL itu penjelasannya. Jokowi langsung iyakan BG untuk diajukan jadi calon tunggal Kapolri untuk memenuhi permintaan Mega. Tapi benarkah dengan begini berarti Jokowi itu “boneka”-nya Mega?
Hmm… entar dulu menuduh Jokowi “boneka”-nya Mega dalam konteks ini. Bisa jadi Jokowi sedang bermain “bola panas” secara cerdik menggocek gawang! Mari kita pahami realitasnya:
Jokowi itu tidak punya dukungan penuh dari Partai Pendukung. PDIP itu tidak sepenuhnya di bawah Jokowi. PDIP itu di bawah Mega. Golkar yang partainya JK malah justru oposisi terhadap pemerintahan Jokowi. Sementara KMP menguasai Parlemen. Birokrasi juga „enggan“ dekat dengan Jokowi karena banyak kebijakan Jokowi mengganggu „zona nyaman“ para pejabat birokrat. Di titik ini secara realitas jika Jokowi BERANI menentang maunya Mega dengan menolak BG maka ini „harakiri“ politik! Menentang Mega dalam konteks ini adalah keputusan bunuh diri dari sudut politik.
Ingat, kita semua tahu bahwa Mega itu punya jejak rekam buruk tentang BLBI yang saat ini sedang dikotak-katik KPK. Sangat mungkin Mega benar-benar butuh BENTENG yang melindunginya yaitu Kapolri yang siap sikat habis pihak-pihak yang berani otak-atik BLBI. Di titik ini bagi saya, Jokowi cukup cerdas untuk berkelit dalam situasi sulit dengan pilihan-pilihan sulit.
Jadi langkah yang dilakukan Jokowi justru langsung membuat BG sebagai calon tunggal untuk diajukan ke DPR, sangat mungkin langkah yang cerdik. Ini malah jauh lebih menguntungkan posisi Jokowi dari pada menentang maunya Mega. Memang akibatnya, keputusan ini dikecam masyarakat. Masyarakat pun menolak. KMP pun mulai bereaksi keras. Akibatnya, KMP di DPR akan habis-habisan menguliti koreng dan bau busuk yang melekat pada kredibilitas BG. Jika benar kredibilitas BG penuh kotoran nanah, karena kenyang dengan rekening busuk gendutnya, maka pasti KMP akan kuliti itu rame-rame di depan publik. Jadilah, akhirnya DPR akan menolak BG. Tidak cuma menolak bahkan mungkin mempermalukan.
Justru ini yang dimaui Jokowi. BG DTOLAK dan yang menolaknya bukan Jokowi melainkan DPR. Akibatnya, Mega hanya bisa melongo. Setelah itu, saat Jokowi diminta kembali mengajukan calon Trunojoyo-1 maka dia pilihlah Jenderal Polri yang paling bersih dari yang ada serta sangat mungkin akan libatkan KPK, PPATK dan Lembaga Audit Anti Korupsi yang kredibel lainnya. Jadilah, Jokowi akan memilih Kapolri pilihannya tanpa harus bermusuhan dan menyakiti Mega. Biar bagaimana pun Jokowi butuh dukungan Mega untuk kestabilan politiknya.
Tapi anda pasti anggap keputusan ini adalah “permainan berbahaya”.
Jawabnya: IYA ini permainan “bola panas” yang berbahaya. Paling tidak ini resiko yang akan terkait:
Satu, Jokowi saat ini dikecam oleh masyarakat sebagai Presiden yang tidak punya komitmen serius memberantas korupsi sesuai dengan janji kampanyenya. Hanya di mata saya, resiko ini adalah resiko terkecil buat Jokowi. Toh jika ke depan Jokowi bisa buat program yang baik maka masyarakat lupa. Suka atau tidak suka seperti inilah realitas di masyarakat yang Jokowi amat paham memaknainya.
Keputusan diatas lebih kecil resiko politiknya dari pada Jokowi menolak keinginan Mega yang membuat Jokowi bisa kehilangan dukungan politik di Parlemen. Kehilangan dukungan dari Mega adalah kiamat politik buat kestabilan pemerintah Jokowi.
Dua, Jokowi berkeyakinan KMP dan DPR pasti menolak BG. Jokowi sadar jejak rekam BG amat buruk. Jadi, mosok KMP dan DPR akan setujui BG jadi Kapolri? Bisa habis kredibilitas KMP dan DPR di mata publik. Tampaknya itu yang ada di keyakinan Jokowi sehingga dia berkompromi dengan maunya Mega untuk ajukan BG sebagai calon tunggal.
Masalahnya, jika ternyata KMP juga opportunis sehingga BG diloloskan jadi Kapolri maka cilaka semua rakyat Indonesia ini. Cilaka betul jika sinyalamen ICW benar bahwa BG adalah pemilik rekening gendut dan dia bagian dari masalah korupsi tetapi justru malah jadi Kapolri.
Jokowi mungkin selamat dari kritikan publik karena bisa berlindung toh DPR sudah melakukan „fit and proper test“ dan BG dinilai layak jadi Kapolri. Jadi, Jokowi jelas selamat dari tuduhan buruk karena sudah dapat persetujuan DPR. Tinggal para pegiat anti korupsi yang gigit jari jika memang BG itu kredibilitasnya tidak bersih serta justru disetujui jadi Kapolri.
Kedua alasan diatas inilah yang saya katakan Jokowi sedang memainkan „bola panas“. Permainan ini membutuhkan kecerdikan tapi dengan resiko yang juga amat riskan.

‪#‎SavePresident‬

Persoalan berbangsa dan bernegara sedang berada pada titik kritis. Semua ingin serba cepat, semua ingin melihat hasil yang jelas, semua berkehendak cepat selesai, semuanya pun meninginkan keadaan membaik dengan cara yang bijaksana,,menyenangkan semua pihak, dan semua menghendaki Jokowi sebagai pelaku tunggalnya. Keberadaan presiden saat ini seolah berdiri di atas lantai berapi, duduk di kursi yang beralas bara, dan dalam kungkungan api yang berkobar-kobar. Salah melangkah atau duduk, api dan panas itu langsung akan membuatnya menjadi bahan bakar yang membuat api dan bara makin membumbung.
Presiden kita tetaplah manusia, manusia yang memiliki kemampuan dan keterbatasan serta keterbatasan yang tidak akan mampu memberikan kesenangan kepada semua pihak.
Para “lawan” politik kali ini kalem-kalem saja, mengapa justru pendukung dan relawan justru mengambil alih dan menekan presiden sedemikian rupa? Jangan biarkan presiden berjalan sendirian.Presiden Indonesia seperti masinis yang membawa begitu banyak dan panjang gerbong keretanya. Setiap gerbong memiliki kondisi dan dinamika yang beranekaragam. Masinis tentu akan berjalan dalam rel yang satu itu dengan konsekuensi tidak akan secepat dan selincah kalau gerbongnya pendek, seragam, tidak banyak masalah. Bayangkan saja kalau lokomotifnya itu super cepat yang biasa berjalan di Beijing di jalankan di rel Jakarta Bekasi dengan gerbong sapu jagat yang sering dipakai untuk mengangkut arus mudik masa yang lalu.
Penuh risiko dan membahayakan gerbong serta penumpang tentunya. Sebelum menjadi masinis, presiden ini telah belajar menjadi sopir bis, dan bisa dikatakan relatif sukses meliuk-liuk dengan membawa sarat penumpang. Kepiawaiannya mengemudikan bis ini telah berhasil membuat banyak pihak suka cita dan berkehendak membawanya untuk mengemudi yang jauh lebih besar. Sopir bis yang oleh banyak pihak dikatakan akan baik membawa gerbong bernama Indonesia itu sangat liaht dan piawai saat mengemudi angkot. Angkot itu kecil, lincah, dan ringan bebannya, berjalan dengan kencang bisa relatif aman terkendali. Penumpang dan beban tidaklah banyak. Kesuksesan ini membuat orang yakin untuk membawa pengaruh di tempat lain, maka diajak untuk naik kelas.Masinis ini baru berjalan belum jauh dari stasiun. Belum saatnya menyatakan ini dan itu. Memang harus mengeluarkan kebijakan yang memberikan ketenteraman dan menjamin keamanan. Namun kalau gerbong itu ada yang bocor, gerbong lain ada yang berkelahi, gerbong lainnya ada copet, kan ada polsuska, ada mekanik, ada pembersih kebersihan dan sebagainya. Biarkan masinis mengontrol jalannya loko dan gerbong pada relnya.Saat “rival” politik yang diam namun mengintai untuk memotong di tikungan, partai pendukung seolah-olah membebani dengan berbagai hal, apa yang bisa dilakukan pendukung ialah jangan biarkan presiden sendirian.
Masinis di tengah hujan badai dan kemungkinan tanah longsor, penumpang malah menyoraki dan mencemooh, mekanik tidur mendengkur, dan keamanan asyik ngopi dan main kartu. Mau menganti masinis tentunya terlalu mahal dan akan menjadi preseden berkepanjangan untuk menjadi perulangan yang berkepanjangan ke depannya. Kalau memang hendak mengganti memang ada yang akan bisa melajukan kereta ini dengan sekejap keluar dari segala persoalan ini? Barang rusak itu diperbaiki dulu bukan harus dibuang dan diganti. Kebiasan lembirukelihatannya juga sudah merasuk ke dalam kehidupan bernegara. Jangan biarkan presiden sendirian, jangan pula intervensi dan tekan presiden berlebihan. Menemani dan mendukung dengan sesuai apa yang kita bisa dan mampu. ‪#‎SalamKeprihatinan‬ ‪#‎Salam2Jari‬

Tolak Tegas Pilkada tak Langsung



Rancangan UU Pilkada tak langsung  melalui DPRD yang telah disahkan oleh DPR RI dalam beberapa waktu habis masa jabatan Presiden SBY . Tentu, UU pilkada ini menuai banyak pro dan kontra dalam kalangan Masyarakat tanpa terkecuali Mahasiswa. Mundurnya demokrasi dan kembalinya ke massa orde baru menjadi ramai dibicarakan oleh kalangan mahasiswa terkait UU Pilkada tak langsung, ketakutaan para masyarakat dan mahasiswa yang tidak bisa menyuarakan hak pilihnya menjadi ketakutaan yang sangat besar yang dihadapi oleh masyarakat dengan ditetapkannya UU Pilkada secara tak langsung.
Mengacu pada hasil polling Bestari yang dilakukan dari berbagai Universitas dikota Malang, sebanyak 70,33% Mahasiswa mengetahui tentang UU Pilkada secara tak langsung. Menanggapi hal itu, Hevi Kurnia Hardini selaku ketua jurusaan Ilmu Pemerintahaan FISIP UMM, mengatakan bentuk dari dinamisnya demokrasi di Indonesia, dan secara garis besar Mahasiswa mengetahui isi dari Pilkada dan masalah isu Pilkada langsung atau tidak langsung. Setiap keputusaan yang diambil oleh pemerintah, pasti ada pro dan kontra dari setiap kalangan tanpa terkecuali mahasiswa yang merupakan agen dari perubahan Bangsa Indonesia, sebanyak 77% Mahasiswa berpendapat tidak setuju dengan putusaan terkait UU Pilkada tidak langsung dikarenakan mengurangi demokrasi dan menggrogoti hak rakyat. Heavi menanggapi hal tersebut, beliau menjawab dengan tataran akademisi pemilihan secara langsung maupun tidak langsung, secara teoritis memang dibenarkan, dua’’nya adalah mekanisme demokrasi, dan tidak ada kata’’ penistaan demokrasi dan penistaan hak public itu tidak ada. Dua’’nya mau pemilihaan langsung maupun tidak langsung masih sesuai dengan koridor demokrasi, dan Undang Undang Dasar 45 menyatakan bahwasanya kepala daerah dan Presiden dipilih secara demokratis, demokratis masih masuk dalam koridor demokrasi.
Selebih halnya dengan masyarakat, mahasiswa diKota Malang memiliki pendapat yang tidak sepakat dengan DPR RI, 69,33% responden berpendapat putusaan DPR RI mensyahkan UU pilkada secara tidak langsung tidak sepakat dengan putusaan itu. Ketua jurusaan IP berpendapat, hak mahasiswa untuk tidak sepakat dengan putusaan DPR RI, sah-sah saja karena itu merupakan bagiaan dari control dan bagian dari dinamika demokrasi. Tetapi demikiaan dari ranah mahasiswa memang berfikirnya masih dalam tataran kritis contohnya”kenapa kamu tarik lagi?” memang kalau kita tarik dari tahun 98, pilkada langsung disahkan tahun 2005, itu merupakan proses panjang dari reformasi sistemik. Kalau memang diliat dari keteraturan reformasi sistemik, dari atas dipilih langsung, kepala desa dipilih langsung harusnya gubernur,kepala kabupaten dan kota secara sistemik harus dipilih langsung, agar linear satu arah.
Oleh karena itu masyarakat dan mahasiswa dibukakan matanya setiap individu punya hak memilih sendiri dan kemudiaan secara konseptual secara system kita sudah merestui diri Negara kita presidensialisme murni yang secara langsung harus dipilih langsung, tetap dalam keysnya beberapa Negara yang menggunakan presidensialisme murni itu tidak sebegitunya,ada beberapa lini yang dipilih secara tidak langsung. Mengembaliaan hak rakyat ini membutuhkan proses politik,biaya politik yang sangat mahal sampai pada kemudiaan UU Pilkada. Jadi wajar saja jika respon mahasiswa seperti itu, akan menjadi dinamika dan bagiaan control proses politik dari civil society. Agar nanti keputusaan yang dihasilkan benar’’ sesuai dengan permintaan dan kesepakatan para pihak.
Banyak juga mahasiswa yang berpendapat bahwa pemilu pilkada secara tidak langsung dapat menghemat biaya APBD, sebanyak 54% responden menjawab hal tersebut, Hevy mengatakan dari pertimbangan idealis sistemik memang ideal, yang harus digaris bawahi dari hal tersebut merupakan pelaksanaan kalau dinilai dari efisensi dari teknis pelaksaan pilkada kalau diliat dari sisi anggaran memang dapat mengghemat biaya. Kalau ada yang berpendapat pilkada tidak langsung orangnya itu’’ saja, dinastinya itu’’ saja, akan sama dengan pilkada langsung, jika tidak diawasi dengan benar.
Jika UU Pilkada secara tidak langsung tetap dijalankan, sebanyak 54,33% responden berpendapat DPRD harus melihat prestasi kerja calon pemimpin daerah dalam menentukan kepala daerah, melihat pendangan tersebut, ketua jurusaan IP FISIP UMM mengatakan, kalau memang keputusaan proses perundang-undangan yang dihasilkan dari proses hukum dan politik akhirnya tetap menetapkan pilkada secara tidak langsung yang kemudiaan harus di implementasikan, masyarakat memberi solusi jika pemimpin daerah harus mempunyai prestasi kerja yang sepadan dalam memimpin daerah, Sebanyak 65,33% responden Mahasiswa berharap UU pilkada tidak langsung dapat memberikan kontribusi yang nyata kepada rakyat, mengangapi hal tersebut Hevy mengatakan jika pilkada tidak langsung baik dimata masyarakat, memiliki konstribusi nyata lanjutkan, tetapi jika tidak evaluasi.
Harapan secara pribadi kita harus memilah menegaskan kembali langsung tidak langsung dua’’nya merupakan demokratis, tetapi kalau kemudiaan wacana tidak langsung ini kembali digulirkan hasil dari evaluasi masyarakat harusnya digiring dalam hal apa saja yang harus di evaluasi. Masyarakat, LSM, stake Holder, Partai politik,akademisi tidak lepas tangan untuk terus memantau, apa saja yang berlangsung, kalau memang pilkada tidak langsung diterapkan dan menjadikan pemerintahan jauh lebih baik, harus didukung, tetapi jika 5 tahun malah menghasilkan tirani tirani politik baru, seperti memilih ‘’kucing dalam karung’’ harus kita evaluasi, Karera memang system peraturaan itu memang sangat terikat dengan derajat demokrasi yang ada dimasyarakat,kebebasan masyarakat untuk beropini dan keterbukaan pemerintah.

Harapan dari Kritik Isu Nasioanal di Media Sosial



Media social memang sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat, terutama dikalangan generasi muda. Hampir sebagiaan besar dikalangan anak  muda sudah memiliki social media, seperti facebook dan twiter, ini bisa berdampak positive terhadap perkembangan isu nasional yang akhir akhir ini banyak sekali isu Nasional yang bermunculan dimedia social dengan tanggapan dan kritikan yang berbeda pula. Menaggapi kritik isu nasional di media social, tidak jarang para generasi muda menuangkan aspirasinya dalam bentuk kritikan terhadap berita maupun isu yang berkembang di media social tersebut.
Berdasarkan hasil polling angket yang telah disebar oleh Bestari kepada 300 mahasiswa di Kota Malang, sebanyak 42,7% berpendapat dengan adanya kritik terhadap pengaruh berita isu nasional yang dilakukan oleh masyarakat dengan melalui media social, dapat dijadikan acuan perkembangan terhadap isu nasional yang menjadi topic pemberitaan dimedia social maupun dimedia massa. Dengan kata lain, peran masyarakat dalam menanggapi atau mengkritik isu nasional lewat media social dapat dikatakan dapat berjalan efektif, dikarenakan dapat berpengaruh dalam perkembangan dan penyelesaian isu tersebut.
Ini merupakan peran yang positif terhadap masyarakat luas dikarenakan masyarakat tidak apatis terhadap berita isu nasional, mengikuti dan memberi kritik terhadap berita yang menjadi isu nasional secara keseluruhan. Hal itu diungkapkan oleh Esti Raftiarin, mahasiswa Universitas Negeri Malang, ‘’dengan adanya kritik dapat memberikan kesadaran kepada pemerintah bagaimana menanggapi kasus yang menjadi isu nasional’’ tutur mahasiswi jurusan sastra Indonesia ini.
Berbanding terbalik dengan responden yang mengatakan bahwa mengkritik isu nasional akan membawa perubahan yang signifikan. Sebanyak 38,3% responden seluruh Mahasiswa di Malang berpendapat bahwa, dengan mengkritik isu nasional di media social tidak sepenuhnya dapat merubah perkembangan isu nasional tersebut. pada intinya mengkritik isu nasional lewat media social tidak akan membawa perubahan yang signifikan terhadap perubahan dan perkembangan berita tersebut.
Dikarenakan peran pemerintah yang selalu mengabaikan masukan dan kritikan dari masyarakat luas tidak direspon dengan baik. Ini  diungkapkan oleh Didit Irwan Fauzi, mahasiswa STIE Malang kucekwara,’’ terkadang pemerintah merasa mengabaikan kritikan masyarakat terhadap isu tersebut dan tidak merespon dengan baik kritikan yang ditujukan pada isu nasional tersebut’’, tutur mahasiswa jurusan akutansi ini.
Melkhior G.A Toro, mahasiswa Universitas Tribhuwana Tungga Dewi jurusaan Teknik sipil mewakili 28,6% responden lainnya yang mengatakan, pemanfaatan media social dalam menanggapi isu nasional seharusnya dapat menjadi wadah aspirasi yang baik oleh pemerintah untuk masyarakat luas, agar setiap isu nasional yang berkembang di masyarakat khususnya para mahasiswa dapat menyalurkan aspirasinya dan kritikannya terhadap isu nasional  melalui media social. Ini merupakan bentuk Demokrasi yang sesungguhnya, dimana setiap warga Negara berhak menyalurkan aspirasinya terhadap setiap kebijakan pemerintah dan isu nasional yang akhir akhir ini banyak terjadi dan menjadi perbincangan hangat khusunya dikalangan mahasiswa. ‘’berharap peran media social dalam menaggapi isu nasional menjadi wadah aspirasi yang baik untuk masyarakat luas, terutama mahasiswa,’’ ujar Melkhior.

Manfaat Berbagai Olahan Sayuran dan Jamur



Manfaat Olahan Makanan Sayuran dalam Tubuh Manusia
Di zaman yang modern seperti sekarang banyak olahan makanan yang sangat bermanfat bagi tubuh manusia. Mulai dari olahan sayuran sampai olahan jamur tiram sudah di olah menjadi makanan yang sangat cocok untuk dikonsumsi setiap harinya. Kesehatan merupakan kekayaaan yang mahal yang sangat dibutuhkan oleh manusia, tentu, makanan yang sehat dan mengatur pola hidup yang teratur menjadi aturaan yang sangat perlu dilakukan oleh manusia yang menginginkan tubuh yang sehat.
Pembuat brownis terong khas Kota Batu, Avida laily mengatakan brownis terong ciptaanya sangat bermanfaat bagi kesehataan tubuh manusia, meskipun terong sudah diolah menjadi sebuah brownis, tetapi kandungan gizi dalam brownis terong masih sangat banyak. Seperti yang kita ketahui terong dapat menurunkan kadar kolestrol dalam tubuh, mengandung fitonutrien yang beraktifitas sebagai antioksidan yang baik, bermanfaat bagi kesehatan jantung, bagus untuk kesehatan otak terutama bagi anak dalam kondisi pertumbuhan serta mengandung vitamin B yang sangat tinggi dan dapat juga menjegah kanker. “Tentu ini menjadi makanan sehat yang dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari, terutama bagi pecinta Brownis yang takut dengan kadar lemak yang tinggi” ujarnya.
Saat ditemui disela kesibukkanya Dosen Ilmu Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang, Elfi Anis Saati mengungkapkan bahwa, olahan dari berbagai sayuran dan jamur tiram sangat bermanfaat sekali bagi tubuh manusia. Pada prinsipnya manusia sebaiknya mengkonsumsi makanan itu yang sehat dengan gizi beragam bersumber dari hewan, tumbuhan, yang seimbang (sesuai kebutuhan Kalori, protein, lemak, mineral, vitamin & air)nya.  Bisa diperoleh dari sayur terong, sawi, maupun yang lain. itu merupakan sumber karbohidrat, sebagai sumber tenaga dan kalori, dan sumber karotenoid.
Dosen yang kerap disapa Ibu Elfi ini menambahkan jika Sayuran yang berwarna kekuningan-kemerahan, hijau mengandung bahan-bahan yang dapat mengikat radikal-radikal bebas, antara lain flavonoid (berbentuk polifenol) dan PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid, asam lemak tak jenuh) yang terdapat pada tempe dan kacang-kacangan, minyak kedelai.
Karena itulah diperkirakan hampir semua jenis sayuran dapat mencegah kanker. “Di dalam sayuran, mineral-mineral seperti Fe dan Mg ada dalam bentuk Chelate, yakni dikelilingi oleh asam-asam amino sehingga mempermudah penyerapan mineral sebagai bagian dari metabolisme tubuh dan retensi (berada lebih lama didalam tubuh lebih efisien dan sempurna)”ujarnya.
Ibu Elfi juga berkomentar dengan olahan jamur yang menjadi olahan makanan yang cukup popular masyarakat, Beliau mengatakan bahwa Kandungan gizi yang sangat lengkap tersebut menjadikan jamur tiram memiliki kualitas gizi yang lebih baik jika dibandingkan dengan daging ayam. Oleh karena itu, komoditas ini diharapkan mampu menjadi alternatif bahan pangan masa depan. Disamping nilai gizinya yang tinggi, jamur tiram juga mudah dimasak dan diolah sesuai dengan selera. “Bahan pangan ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai lauk maupun sayur, jamur tiram juga bisa disajikan dengan menu apapun, karena memang sifatnya yang sangat fleksibel untuk diolah sebagai makanan” tangkasnya. 

Berbicara tentang manfat mengkonsumsi sayuran dan jamur, Ibu Elfi menambahkan manfaat bagi tubuh kita mengkonsumsi pangan berupa sayur atau jamur disesuaikan dengan kandungan gizi yg dikandung masing masing. Umumnya sayuran itu diutamakan kandungan vitamin (C, A jika berwarna hijau-kuning-merah), serat  (dari jaringan kulit dan ranting daunnya) dan mineral (Fe,Mg.) vitamin berguna untuk mencegah terjangkitnya penyakitit. Dalam sayuran, mineral-mineral seperti Fe dan Mg ada dalam bentuk Chelate, yakni dikelilingi oleh asam-asam amino sehingga mempermudah penyerapan mineral sebagai bagian dari metabolisme tubuh dan retensi (berada lebih lama di dalam tubuh) lebih efisien dan sempurna.

Karena sayuran banyak mengandung vitamin C dan pro vitamin A, yang berfungsi sebagai komponen mencegah penyakit, sedangkan jamur banyak mengandung protein yang berguna antara lain sebagai imunitas dalam tubuh manusia, yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Kandungan serat nya berguna untuk mengikat asam lemak atau kholesterol yang berlebihan dalam tubuh manusia, oleh karenanya baik dikonsumsi bagi penderita kholesterol atau stroke.”Mengkonsumsi sayuran dan jamur berguna utk memenuhi kebutuhan gizi manusia, yang dalam menjalankan aktivitas hidup membutuhkan beragam zat gizi (ada 6 jenisnya : karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamian & air), jika melebihi kebutuhan yang dianjurkan bisa disimpan dalam tubuh.” ujarnya